Di dalam Film horor
sering menggambarkan mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa pengemudi sebagai
hal yang mengerikan — sebagai tanda kehadiran makhluk halus. Tetapi mungkin
dalam beberapa tahun mendatang, hal itu tidak lagi menakutkan.
Mobil yang dapat menyetir sendiri, dengan bantuan komputer, akan muncul.
Sebenarnya teknologi seperti itu sudah diperlukan sekarang. Mobil otomatis tidak saja dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi kemacetan, tapi juga mencegah kecelakaan dan menyelamatkan nyawa.
Perlu diingat, kemacetan tidak melulu disebabkan oleh jumlah mobil, tapi juga perilaku pengemudi. Kita ambil contoh kemacetan di Jakarta. Sering kali terjadi macet hanya karena ada angkutan kota atau bus yang berhenti menunggu penumpang. Banyak pula kendaraan pribadi yang berjalan perlahan dan menghambat arus karena pengemudinya sambil bermain telepon seluler.
Belum lagi jika pengemudinya menyetir dalam kondisi teler atau mabuk.
Nah, faktor-faktor manusiawi yang kadang menjadi sumber permasalahan di jalan raya ini tidak dimiliki oleh sebuah komputer dalam mobil. Komputer tidak pernah merasakan emosi, stres, marah, bingung, atau mabuk. Komputer juga dapat menghitung jarak penghentian, menjaga kecepatan, serta memiliki reaksi lebih cepat dari kebanyakan pengemudi yang ada di jalan raya saat ini.
Banyak produsen otomotif melihat manfaat dari mengembangkan mobil otomatis tersebut. General Motors, misalnya, memprediksi mobil semi-otomatis akan bermunculan beberapa tahun lagi, sedangkan mobil yang benar-benar otomatis bisa menyetir sendiri dipasarkan tahun 2020.
Mobil elektrik dari BMW juga akan dilengkapi asisten macet (traffic jam assistant) yang akan mengemudikan kendaraan pada kecepatan rendah saat sedang macet. Audi dan VW juga mengumumkan bahwa pengembangan mobil mereka akan menuju ke arah yang sama. Bahkan Google juga sedang berkutat dengan proyek mobil yang bisa berjalan sendiri.
Bagi kota besar di Indonesia seperti Jakarta, adanya mode otomatis dapat memberikan solusi berkendara. Jika sebelumnya diberlakukan sistem 3-in-1 dan kemudian ERP, kini cukup diberlakukan wajib mode otomatis, sehingga lalu lintas dapat bergerak dengan lancar dan tertib. Tentunya jika jalanan sudah sepi atau Anda sedang ingin menyetir, mode otomatis dapat dimatikan kembali. Sayangnya, ini juga berarti bahwa kebutuhan akan tenaga sopir profesional akan semakin menurun.
Mobil yang dapat menyetir sendiri, dengan bantuan komputer, akan muncul.
Sebenarnya teknologi seperti itu sudah diperlukan sekarang. Mobil otomatis tidak saja dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi kemacetan, tapi juga mencegah kecelakaan dan menyelamatkan nyawa.
Perlu diingat, kemacetan tidak melulu disebabkan oleh jumlah mobil, tapi juga perilaku pengemudi. Kita ambil contoh kemacetan di Jakarta. Sering kali terjadi macet hanya karena ada angkutan kota atau bus yang berhenti menunggu penumpang. Banyak pula kendaraan pribadi yang berjalan perlahan dan menghambat arus karena pengemudinya sambil bermain telepon seluler.
Belum lagi jika pengemudinya menyetir dalam kondisi teler atau mabuk.
Nah, faktor-faktor manusiawi yang kadang menjadi sumber permasalahan di jalan raya ini tidak dimiliki oleh sebuah komputer dalam mobil. Komputer tidak pernah merasakan emosi, stres, marah, bingung, atau mabuk. Komputer juga dapat menghitung jarak penghentian, menjaga kecepatan, serta memiliki reaksi lebih cepat dari kebanyakan pengemudi yang ada di jalan raya saat ini.
Banyak produsen otomotif melihat manfaat dari mengembangkan mobil otomatis tersebut. General Motors, misalnya, memprediksi mobil semi-otomatis akan bermunculan beberapa tahun lagi, sedangkan mobil yang benar-benar otomatis bisa menyetir sendiri dipasarkan tahun 2020.
Mobil elektrik dari BMW juga akan dilengkapi asisten macet (traffic jam assistant) yang akan mengemudikan kendaraan pada kecepatan rendah saat sedang macet. Audi dan VW juga mengumumkan bahwa pengembangan mobil mereka akan menuju ke arah yang sama. Bahkan Google juga sedang berkutat dengan proyek mobil yang bisa berjalan sendiri.
Bagi kota besar di Indonesia seperti Jakarta, adanya mode otomatis dapat memberikan solusi berkendara. Jika sebelumnya diberlakukan sistem 3-in-1 dan kemudian ERP, kini cukup diberlakukan wajib mode otomatis, sehingga lalu lintas dapat bergerak dengan lancar dan tertib. Tentunya jika jalanan sudah sepi atau Anda sedang ingin menyetir, mode otomatis dapat dimatikan kembali. Sayangnya, ini juga berarti bahwa kebutuhan akan tenaga sopir profesional akan semakin menurun.
Siapkah Kita semua disopiri oleh sebuah komputer?
SUMBER
1 komentar:
gw pesen satu bro.... cabenya dikit yaaa....
Posting Komentar